HP. 0856-0196-7147

PENCARIAN

Sabtu, 12 November 2011

PW 002 : HUBUNGAN KOMUNIKASI PERAWAT DOKTER DENGAN STRES KERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP (IRNA) PEYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN


 

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat salah satu cars yang dianggap sangat berperan penting adalah penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat yang berhasil guna dan berdaya guns serta terjangkau oleh segenap anggota masyarakat. Sasaran program tersebut adalah tersedianya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, baik oleh pemrintah maupun swasta yang didukung oleh pecan serta masyarakat (Depkes RI, 2001).
Pada era pasar bebas dewasa ini banyak tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia baik di kalangan Industri birokrasi dan ekonomi, dan tanpa kecuali industri pelayanan kesehatan masyarakat. Sebagai contoh, industri pelayanan kesehatan masyarakat di rumah sakit. Selain menghadapi transisi epidemiologi dan demografi, sejalan dengan persaingan global menuntut kesiapan semua komponen agar mampu menghadapi persaingan. Sehinga dengan berkembangnya penyediaan sarana pelayanan kesehatan baik yang diselenggarakan peinerintah maupun swasta saat ini belum banyak diikuti oleh peningkatan mutu pelayanan.
Mutu pelayanan sebuah rumah sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain kualitas sarana fisik, jenis tenaga yang tersedia, ketersediaan obat, alai kesehatan dan sarana penunjang lain, proses pernbersian pelayanan dan kompensasi serta harapan masyarakat. Selain itu aspek sumberdaya (SDM) rumah sakit juga memegang peran yang sangat penting. Dengan demikian peningkatan kualitas fisik maupun SDM serta faktor-faktor di atas merupakan prakondisi yang harus dipenuhi untuk mutu pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Peran perawat sangat penting karena sebagai ujung tombak di rawat inap dan merupakan tenaga yang paling lama kontak atau berhubungan dengan pasien yaitu selama 24 jam, hal ini akan menyebabkan stresor yang kuat pada perawat di dalam lingkungan pekerjaannya (Keliat, 1999). Stres kerja terjadi karena adanya tekanan-tekanan dalam pekerjaan melebihi ambang kewajaran dan disertai kurangnya dukungan yang dibutuhkan seseorang dari berbagai pihak (Hartini, 2003). Di Amerika pada tahun 1997 stres yang berhubungan dengan pekerjaan menghabiskan dana sebesar $ 200 – 300 Milyar/tahun, angka kejadian stres kerja 60 % - 90 % terjadi pada masalah medis dan California Workers Compensation Institut melaporkan kejadian stres kerja meningkat 70 % dari tahun 1979 dan mempunyai resiko, tujuh kali terjadi cedera dibanding yang tidak mengalami stres, adapun factor-faktor yang dapat menimbulkan stres perawat adalah berhadapan dengan kematian pasien, beban kerja yang berlebihan, konflik dengan rekan kerja termasuk profesi lain, persiapan yang kurang matang saat berhubungan dengan pasien dan keluarga, kurangnya dukungan dan ketidakpastian instruksi perawatan (ICN, 2002).
Berdasarkan survai ke Amerika bahwa kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, konflik dengan teman sejawat, kesulitan dalam merawat pasien kritis, merawat pasien yang gagal untuk membaik, bekerja dengan dolcter yang tidak memahami kebutuhan sosial dan emosional klien merupakan sumber stres kerja bagi Oerawat (Abraham & Shanley, 1997).
Menurut Hardjana (1997), lingkungan kerja dapat menjadi sumber stres antara lain disebabkan tuntutan kerja, tanggung jawab kerja, lingkungan fisik.kerja, rasa kurang memiliki pengendalian, hubungan interpersonal yang buruk dan kurang pengalaman, peningkatan jenjang karier dan kurang aman dalam lingkungan kerja. Sedangkan stres yang dialami oleh karyawan akan mengganggu situasi kerja dan konsentrasi dalam menyelesaikan tugas yang dapat mengakibatkan menurunnya prestasi kerja (Anoraga, 2001).
Perawat dituntut harus mampu melakukan pekerjaan dengan tingkat kesulitan yang tinggi, memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengenai hubungan interpersonal dan komunikasi yang baik yang diperlukan untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Hubungan interpersonal perawat mempunyai hubungan utama pada kesejahteraan klien dan perawat pada dasarnya merupakan hubungan timbal batik yang dinamis antara perawat dan klien dan merupakan faktor penentu utama bagi keefektifan intervensi keperawatan (Abraham & Shanley, 1992). Sedangkan hubungan interpersonal termasuk faktor yang dominan menimbulkan stres kerja perawat di lingkungan pekerjaannya (Purwandari, 2000).
Pelayanan kesehatan di Instansi Rawat Inap RSUD Sragen merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan yang sangat komplek karena pasien yang dirawat ini berbagai macam penyakit yaitu : bedah dalam, kebidanan, gerontik, pediatric untuk semua jenis kelamin. Klien yang dirawat berbagai macam kondisi dari tingkat sedang sampai yang berat dan juga klien yang akut maupun kronis. Perawatan pasien di ruangan ini tidak diklasifikasikan secara khusus berdasarkan jenis kasus penyakit, golongan umur, dan jenis kelamin. Ruang perawatan RSUD Sragen yang diklasifikasikan berdasarkan kelas perawatan yaitu : VIP A, VIP B, kelas 1, kelas 11, dan kelas III jadi semua pasien dapat dirawat di ruangan ini.
Berdasarkan wawan yang dilakukan peneliti dengan beberapa perawat, bahwa ada komunikasi yang kurang baik antara perawat dengan dokter, sulit menghubungi dokter terutama pada macam hari karena bila ada pasien yang kondisinya memburuk secara tiba-tiba, sehingga kurang adanya hubungan kemitraan yang baik antara perawat-dokter, motivasi kerja dan semangat kerja yang tinggi untuk bekerjasama kurang dimiliki oleh anggota tim kerja. Situasi yang demikian dapat menimbulkan komunikasi yang kurang baik antara perawat-dokter, sedangkan konflik interpersonal merupakan sumber stres yang utama (Smet, 1994).
Akibat dari permasalahan yang telah diuraikan di atas akan dapat menimbulkan kualitas kerja dan disiplin kerja menurun serta kualitas pelayanan memburuk. Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti tentang korelasi antara hubungan komunikasi perawat-dokter dengan stres kerja perawat di RSUD Sragen.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut penulis dapat merumuskan masalah penelitian : Apakah ada hubungan komunikasi perawat – dokter dengan stres kerja perawat di RSUD Sragen.

C.    Tujuan Penelitian
  1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan komunikasi perawat – dokter dengan stres kerja perawat di RSUD Sragen.
  1. Tujuan khusus
a.       Mengetahui gambaran komunikasi perawat-dokter di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
b.      Mengetahui gambaran stres kerja perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
c.       Mengetahui hubungan antara komunikasi (tingkat kepercayaan perawat-dokter) dengan stres kerja (rangkungan kerja) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
d.      Mengetahui hubungan antara komunikasi (tingkat kepercayaan perawat-dokter) dengan stres kerja (beban kerja) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
e.       Mengetahui hubungan antara komunikasi (tingkat kepercayaan perawat-dokter) dengan stres kerja (hubungan interpersonal) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
f.       Mengetahui hubungan antara komunikasi (tingkat supportif perawat-dokter) dengan stres kerja (lingkungan kerja) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
g.      Mengetahui hubungan antara komunikasi (tingkat supportif perawat­dokter) dengan stres kerja (beban kerja) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
h.      Mengetahui hubungan antara komunikasi (tingkat supportif perawat­dokter) dengan stres kerja (hubungan interpersonal) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
i.        Mengetahui hubungan antara komunikasi (empati) dengan stres kerja (lingkungan kerja) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
j.        Mengetahui hubungan antara komunikasi (empati) dengan stres kerja (beban kerja) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
k.      Mengetahui hubungan antara komunikasi (empati) dengan stres kerja (hubungan interpersonal) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
l.        Mengetahui hubungan antara komunikasi (sikap terbuka) dengan stres kerja (lingkungan kerja) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
m.    Mengetahui hubungan antara komunikasi (empati) dengan stres kerja (beban kerja) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.
n.      Mengetahui hubungan antara komunikasi (empati) dengan stres kerja (hubungan interpersonal) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sragen.

D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi :
  1. Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukkan dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan keperawatan dalam mencegah dan mengatasi stres kerja bagi perawat. Selain itu dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya, dan dapat juga digunakan sebagai sarana untuk membina hubungan antar perawat-dokter agar lebih baik.
  1. Peneliti
Melalui proses penelitian ini peneliti mendapatkan pengalaman dalam melakukan penelitian dan mengintegrasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan.
  1. Perawat
Agar perawat dapat mengetahui tanda-tanda awal dari stres, sehingga kualitas kerja, disiplin kerja dan kualitas pelayanan terhadap pasien tidak menurun.
  1. Dokter
Dokter dapat mengetahui akibat atau tanda-tanda kurangnya kekompakkan dalam bekerjasama antar perawat-dokter yang mengakibatkan stres bagi perawat. Sehingga perlu ditingkatkan kerjasama (komunikasi interpersonal) antar perawat-dokter.

E.     Keaslian Penelitian
Penelitian yang hampir sama yaitu dari penelitian yang dilakukan oleh :
  1. Purwandari (2000) dengan judul faktor – faktor yang mempengaruhi stres kerja perawat di instalasi rawat intensif RSUD Dr. Sardjito, Yogyakarta. Subjek penelitian adalah perawat instalasi rawat intensif menggunakan total sampling yaitu 20 responden. Penelitiannya menggunakan metode deskriptif dengan rancangan cross sectional. Hasil penelitian menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi stres kerja perawat yaitu : lingkungan kerja, beban kerja, hubungan interpersonal.
Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah hubungan komunikasi perawat-dokter dengan stres kerja perawat. Subjek penelitian adalah perawat pelaksana, di IRNA Penyakit Dalan RSUD Sragen, populasi sama dengan sampel yaitu sebanyak 48 responden.
Perbedaan :
Lokasi yang dilakukan oleh peneliti adalah di IRNA Penyakit Dalam RSUD Sragen, sedangkan yang dilakukan oleh Purwandari di instalasi rawat intensif RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta. Judul yang teliti oleh peneliti adalah hubungan komunikasi perawat-dokter dengan stres kerja perawat, sedangkan yang diteliti oleh Purwandari adalah faktor­faktor yang mempengaruhi stres kerja perawat. Subyek penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah di IRNA, populasi sama dengan sampel sebanyak 48 responden, sedangkan yang dilakukan oleh Purwandari total sampel sebanyak 20 responden.
  1. Kusmiati (2003) dengan judul hubungan persepsi beban kerja dengan stres kerja perawat di intalasi perawatan intensif RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Populasi perawat pelaksana di ruang instalasi perawatan intensif dewasa RSUD Dr. Moewardi dengan total total sampel 30 responden. Menggunakan metode deskritif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini melanjutkan penelitian Purwandari untuk mengetahui hubungannya beban kerja dengan tingkat stres kerja perawat di instalasi perawatan intensif. Hasil penelitian : Ada hubungan positif antara beban kerja a dengan stres kerja perawat.
Perbedaan:
Lokasi yang dilakukan oleh peneliti adalah di [RNA Penyakit Dalam RSUD Sragen sedangkan yang dilakukan oleh Kusmiati di instalasi perawatan intensif RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Judul yang diteliti oleh peneliti adalah hubungan komunikasi perawat-dokter dengan stres kerja perawat, sedangkan judul yang diteliti oleh Kusmiati adalah hubungan persepsi beban kerja dengan stres kerja perawat.



DAFTAR PUSTAKA

Abraham, L. & Shanty, E. 1997. Psikologi Sosial untuk Perawat. EGC : Jakarta.
Keliat, Anna. B. 1999. Penatalaksanaan Stres. EGC : Jakarta.
Anoraga, P. 2001. Psikologi Kerja. Rineka Cipta : Jakarta.
Arikunto. 1993. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara : Jakarta.
Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta Jakarta.
Bahar, E. 1995. Stres dan Kesehatan, Seminar Sehari. Palembang.
Black & Jacobs. 1993. Medical-Surgical Nursing A Psychophysiologixc. Approach. Fourth edition.
Hardjana, A.M. 1997. Stres Tanpa Stres. Kanisius : Yogyakarta.
Hartini. 2000. Hubungan Tingkat Stres Kerja dengan Efektifitas Pengambilan
Keputusan pada Manaje
r. http/www.psikologi untar. com/skripsi.
ICN. 2002. ICN on Occupational Stres and the Treat to Worker Healt. http : // 2002.159. 18.43/jsi.
Ismani. 2001. Etika Keperawatan. Widya Medika : Jakarta.
Kusjarwati, E. 2001. Hubungan Antara Persepsi Karyawan Terhadap Hubungan Interpersonal Pimpinan dengan Kepuasan Kerja, Skripsi, (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi UMS : Surakarta.
Kusmiati. 2003. Hubungan Persepsi Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat. Skripsi. (tidak diterbitkan). Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.
Ma’rifah, D. 2005. Pengaruh Motivasi Kerja Dan Budaya Organisasi Terhadap Kineda Pekerja Sosial Pada Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur. http://redaksi@damandiri.or.id.
Munandar, A. S., 2001. Psikologi Industri dan Perusahaan, Ul-Pres, Jakarta.
Niven, N. 2000. Psikologi Kesehatan: Pengantar Untuk Perawat deer Profesional Kesehatan Lain. EGC. Jakarta.
Nurachmah, E. 2005. Leadership dalam Keperawatan (Part 1). Pusat Data & Informasi - Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia. http://www.pdpersi.co.id.
Nurachmah, E. 2005. Leadership dalam Keperawatan (Part 2). Pusat Data & Informasi – Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia. http://ww-w.pdpersi.co.id.
Nur'aini. 2004. Akrivitas Program Iniervensi Pengendalian Stres Kerja Perawat Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan Keperawatan Di Unit Perawatan Intensive Rumah Sakit Haji Medan. Repository USU. Sumatera Utara.
Notoatmodjo, S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.
Purwandari. 2000. Fakfor-falaor yang Mempengaruhi Stres Kerja Perawat di Instalasi Rawest Intensif RSVP Dr. Sardjito Yogyakarta, Skripsi, (tidak diterbitkan). PSIK. FK. UGM : Yogyakarta.
Purwanto, N. 1985. Pengantar Perilaku Manusia untuk Keparawatan. EGC Jakarta
Rahariyani, L. D. 2005. Analisis Hubungan Konsep Diri Dengan Faktor Keturunan Dan Gaji Yang Diterima Oleh Tenaga Perawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lumajang. http://redaksi@damandiri.or.id.
Rahmat, J. 1993. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya : Bandung.
Santora, S. 2000. Statistik Induldif. Rineka Cipta : Jakarta.
Siegler, E.L. & Whitney, F. W. 2000. Kolaborasi Perawat-Dokter. EGC : Jakarta.
Sigit, S. 2003. Esensi Perilaku Organisasional. Fak. Ekonomi. Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa : Yogyakarta.
Singgarimbun, M. 1989. Metode Penenlitian Survai. LP3ES : Jakarta.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Grasindo : Jakarta.
Subanegara, H.P.2005. Manajemen Rumah Sakit : Pengaturan Praktek Dokter Pemerintah dan Swasta. Pusat data
Untuk mendapatkan file lengkap hubungi HP. 0856 0196 7147




Tidak ada komentar:

Posting Komentar