BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pengembanagan kemampuan berbahasa merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan mata pelajaran dan sebagai bekal untuk memasuki dunia informasi. Mengingat alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran bahasa indoneesia di sekolah dasar dalam kurikulum 1994, yaitu ( Kelas I, kelas II, Kelas III ), sepuluh jam perminggu, sedangkan untuk kelas IV, V ,VI delapan jam perminggu ( Depdikbud, 1994 ).
Apabila melihat kurikulum sekolah dasar 1994, khususnya mata pelajaran bahasa indonesia akan ditemukan beberapa pembaharuan. Pembaharuan tersebut terutama tampak pada penggunaan pendekatan komunikatif anintegrative dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Hal ini sejalan dengan pendapat K. Goodman tentang konsep keterampilan materi pelajaran bahasa yang dapat dilihat dari dua segi, yaitu :,keterpaduan antara materi bahasa dalam pembelajaran bahasa itu sendiri dan keterpaduan antara pembelajaran bahasa dengan materi pebelajaran mata pelajaran lain. Perubahan lain bukan hanya tampak pada pendekatan komunikatif yang menekan pembelajaran yang berpusat pada siswa, tetapi sumber belajar atau sarana, alokasi waktu dan evaluasi yang tidak ditemukan dalam garis-garis besar program pembelajaran ( GBPP ) akan memberikan keleluasaan bagi guru dalam menyusun program pembelajaran. Hal ini di dukung oleh keterampilan berbahasa.
Karakteristik lain kurikulum 1994, mata pelajaran bahasa Indonesia juga tampak pada tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu :
1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
2. Mengembangkan keterampilan dasar menggunakan bahasa yaitu terampil berbahasa ( siswa belajar berbahasa ) dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
3. Menggunakan bahan kegiatan yang berkaitan dengan lingkungannya ( Sukarman, 1997 :78).
Kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia 1994 mengandung komponen terpadu yaitu :
Kebahasaan ( lafal, ejaan, tanda baca, struktur, kosa kata, paragraph dan wacana), pemahaman ( menyimak, membaca dan penggunaan bahasa berbicara dan menulis).
Namun pengalaman menulis selama ini dengan cara belajar verbal siswa hanya mendengarkan guru berceramah dari hari ke hari, tidak membuat siswa senang mengikuti pelajaran, tetapi siswa menjadi jenuh dan tidak ada minat belajar.
Muchlisoh, dkk ( 1998:5 ) mengutip pendapat psikolg, siswa yang hanya belajar dengan mendengarkan informasi dari guru “ Tidak “ dapat menyerap dan memahami pengetahuan dengan sepenuhnya. Siswa perlu belajar bagaimana menemukan informasi dengan berbagai cara. Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, guru bukanlah satu-satunya orang yang “ serba tahu “ di dalam kelas.
Sejalan dengan teori belajar bermakna Ausubel ( 1963) dikemukakan bahwa kebermaknaan belajar di tandai oleh munculnya dua kriteria, yaitu (1) Terjadinya hubungan Substantif aspek-aspek konsep informasi atau situasi baru dengan komponen yang relevan yang terdapat di dalam bentuk hubungan-hubungan bersifat derivative, elaborative, korelatif, maupun yang bersifat kualitatif atau representasional, (2) hasil belajar yang diperoleh bersifat tahan lama “ Actual “ eksperimental berbasis paa pengalaman pribadi dan minat.
Waktu belajar siswa yang selama ini digunakan guru untuk ceramah, hendaknya dikembalikan pada siswa agar mereka dapat belajar aktif, kreaitf. Untuk itu guru harus mempersiapkan kegiatan belajar mengajar yang menarik, merangsang, menantang dan menyenangkan, melalui cara belajar yang bermakna dan bervariasi agar siswa gemar belajar.
Karena membaca adalah kunci pokok didalam belajar, yang terpenting adalah bagaimana mengupayakan membaca dan menulis menjadi suatu kegemaran. Budaya membaca perlu dikembangkan karena mempelajari sesuatu dengan membaca lebih dalam pengalamannya dari pada mendengarkan informasi.
Adapun yang menjadi dasar mempelajari suatu ilmu pengetahuan adalah mengetahui dan paham apa yang dipelajari terutama bahasa yang digunakan. Dengan demikian bahasa merupakan syarat mutlak bagi anak untuk memahaminya. Oleh karena itu alokasi waktu pelajaran Bahasa Indonesia yang diwajibkan di Sekolah Dasar paling besar dari mata pelajaran lainnya.
Mengerti dan memahami bahasa yang digunakan di buku-buku membantu siswa untuk aktif belajar. Pada akhirnya siswa memiliki kegemaran tersendiri untuk belajar ( membaca) dan tidak terbatas di sekolah saja. Sehubungan dengan kreatfitas guru di sekolah diperlukan melalui kritik diri ( refleksi) terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk menumbuhkan minat membaca pada siswa. Kemampuan membaca pada siswa merupakan dasar untuk belajar lebih giat setelah siswa memiliki minat yang tumbuh dari dalam dirinya sendiri.
Dapat dikatakan bahwa membaca merupakan kegiatan manusia untuk mengembangkan jiwanya. Apabila telah terampil dalam membaca mereka dapat memperoleh pengalaman, pengetahuan, membentuk pengertian, mengembangkan daya pikir dan imajinasi, serta dapat membentuk sikap hidup yang baik, sebagai warga Negara yang berguna bagi masyarakat dan negaranya. (Supriadi, dkk, 1995).
Dalam hal ini siswa dituntut sering belajar membaca, untuk sering dan banyak membaca, diperlukan minat yang besar untuk membaca. Kemampuan membaca siswa hendaknya diiringi pada upaya meningkatkan minat siswa dalam membaca, sehingga dapat mengubah “ Learning to read “ secara berangsur-angsur menjadi “ reading to learn”. Sehingga siswa kelas I mampu dalam keterampilan berbahasa (membaca), Muchlisoh,dkk ( 1992).
Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa minat membaca sangat menurun( rendah ), yang implikasinya terhadap prestasi belajar keterampilan berbahasa Indonesia juga rendah ( Hasil belajar siswa rendah ).
Atas dasar kenyataan itu penulis mengadakan penelitian kelas yang berjudul “Meningkatkan Ketrerampilan Berbahasa Indonesia Dengan Menumbuhkan Minat Membaca Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri Kasembon I Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang Pada semester II Tahun Pelajaran 2006/2007 “
Dengan maksud setelah selesai melakukan penelitian, indakan kelas ini, melalui refleksi diri guru dan siswa, diharapkan siswa terampil dalam berbahasa Indonesia sehingga prestasinya meningkat.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atasa maka Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) ini rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apakah dengan menumbuhkan minat membaca dapat meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia?
2. Bagaimana cara menumbuhkan minat membaca agar keterampilan berbahasa Indonesia dapat meningkat ?
Alokasi waktu penelitian ini selama satu semester, tepatnya semester II tahun Pelajaran 2006/2007 dalam siklus pembelajaran di sekolah dasar dengan pokok bahasan “Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Dengan Menumbuhkan Minat Membaca Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri Kasembon I Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang Pada semester II Tahun Pelajaran 2006/2007 “
DAFTAR PUSTAKA
Ausebel, D.P, 1963. The Psychology of meaning Verbal Learning. New York, grune & Srattim
Arikunto, S. 1983. Dasar-dasar evaluasi pendidikan, prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Bina Aksara.
Baso, M. 1999.Kapita Selekta Teknologi Pembelajaran. Surabaya: Alkon Training.
Depdikbud, 1994. Garis-garis Besar program Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI Sekolah Dasar. Jakarta : Dikdasmen.
De Porter,B.M.dkk.2000. Quantum Teaching. Bandung : Kaifa.
Hopkins, David. 1985. Teaching’s Guide the Classroom Research. Philadelphia : Open University, Milton Keynes.
Muchlisoh, dkk. 1992. Materi Pokok pendidikan Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Universitas Terbuka.
Mc, Niff, jean. 1992. Action Research, principle and Practice. New York, Rontledge Champman & Hall, Inc.
Nasution, S. 1992. Metodologi Penulisan Neturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Supriadi, dkk. 1995. Materi Pokok pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud Bagian proyek peningkatan mutu guru SD, Setara D-II 1995.
Sudjana, N. 1997. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar baru.
Untuk mendapatkan file lengkap hubungi/ sms ke HP. 0856-0196-7147
Tidak ada komentar:
Posting Komentar